Rahim Pengganti

Bab 104 "Melanjutkan Hal Yang Tertunda"



Bab 104 "Melanjutkan Hal Yang Tertunda"

0Bab 104     
0

Melanjutkan hal yang tertunda     

Bian membalik istrinya itu, kabut gairah dari kedua nya sudah terlihat dengan sangat jelas. Langsung saja tanpa berbasa basi, Bian melahap bibir indah itu bibir yang sudah menjadi candu untuknya.     

Ciuman itu tidak menuntut, Bian melakukan semuanya dengan pelan tapi pasti, tangan nya tidak tinggal diam sudah melepaskan gaun yang di gunakan Caca pria itu sengaja memesan gaun yang mudah di lepaskan, bukan hanya Bian namun, Carissa juga mulai membuka semua kancing yang melekat di baju suaminya.     

Lumatan demi lumatan dilakukan oleh keduanya, ciuman kali ini sudah berubah dengan gairah yang memuncak, bibir Bian beralih ke arah leher, hingga turun ke dada Caca yang sudah tidak terbungkus lagi.     

Dilahapnya salah satu bukit kembar yang semakin membuat Bian tidak bisa menahan dirinya. Bahkan tangan satunya tidak tinggal diam, desahan demi desahan dari bibir Caca membuat Bian semakin semangat.     

Bian lalu kembali menyatukan bibir mereka. Menuntut sang istri untuk berjalan ke arah tempat tidur tanpa melepaskan ciuman mereka.     

"Kamu sangat cantik," ujar Bian.     

"Kamu juga ganteng Mas," balasnya. Bian lalu mengecup dahi Carissa dengan penuh cinta cukup lama, Hingga akhirnya kecupan demi kecupan itu mendarat di seluruh wajah milik Carissa.     

"Ayah mau jenguk adik boleh?" tanya Bian. Carissa hanya menganggukkan kepala nya, dan mengalungkan tangannya di kepala Bian. Keduanya saling menatap satu dengan lainnya, Bian sudah mulai melakukan aksinya.     

Ting tung     

Suara bel kamar mereka terdengar sangat nyaring. Keduanya terdiam sesaat. Carissa menatap ke arah suaminya, terlihat jelas bahwa Bian kecewa dengan keadaan yang ada namun, mau bagaimana lagi tidak mungkin kedua nya melanjutkan hal yang mungkin akan lama untuk di selesaikan.     

"Nanti kita lanjut kan sayang," ucap Carissa. Bian yang kesal seketika langsung tersebut, segera pria itu beranjak dari atas istri nya memakai kembali pakaian nya dan berjalan menuju putih untuk membuka kan pintu kamar mereka.     

Ceklek     

Pintu terbuka, di depan kamar mereka ada Siska yang sedang menggendong Melody yang menangis. Melihat sang ayah, Melody langsung mendekat ke arah Bian.     

"Maaf … mas maaf, bukan maksud ingin menganggu tapi Melody terbangun dan menangis terus menerus aku udah coba buat tenangin tapi dia gak mau. Melody nyebut bunda terus, maaf banget ya mas maaf," ujar Siska dengan raut wajah sedih. Bian hanya bisa menghela napas nya, bagaimana mungkin dia akan marah sedang kan anak nya membutuhkan mereka.     

"Ya sudah gak apa apa. Kamu masuk kamar gih, udah malam. Biar Melody sama kami aja," ucap Bian. Siska segera pergi dari tempat itu meninggalkan Bian yang sudah masuk ke dalam kamar nya.     

***     

Melody memeluk erat sang bunda, anak kecil itu seolah tidak mau berjauhan dari Carissa. Melihat hal itu Bian hanya bisa menatap istri dengan senyuman, tidak mungkin dia akan egois dan mementingkan keinginan nya sedang kan sang anak juga membutuhkan mereka.     

"Maaf ya ayah," ujar Carissa.     

"Gak apa apa. Masih ada waktu di depan sana, yang penting semuanya bahagia. Tidur yuk, ayah ngantuk gak jadi main soalnya," balas Bian. Mendengar hal itu membuat Carissa melotot tajam, astaga suaminya itu sungguh membuat Carissa hanya bisa geleng geleng kepala.     

Pukul 02.00 malam Carissa membangunkan sang suami, hormon kehamilan benar benar membuat Bian hanya bisa geleng geleng kepala, bagaimana tidak istri nya itu membangunkan diri nya hanya untuk menuntaskan kegiatan mereka tadi, astaga Bian saja sudah melupakan hal itu namun, Carissa masih saja memikirkannya.     

"Yakin di sini?" tanya Bian.     

Carissa hanya menganggukkan kepalanya, Melody di geser kan sedikit lalu diberikan penghalang suami tidak melihat apa yang akan di lakukan oleh kedua orang tua nya. Setelah itu Bian mulai mendaratkan ciuman nya ke seluruh jengkel tubuh milik istri nya, dengan sekali dorongan kedua nya mulai menyatu.     

Dengan gerakan yang sangat pelan, Bian berada di atas Carissa pria itu melakukannya dengan pelan tapi pasti tidak mau membuat istri nya juga tidak nyaman karena ada anak mereka di dalam sana.     

Desahan demi desahan terdengar sangat jelas, membuat permainan panas itu semakin bersemangat, Bian lalu membungkam mulut sang istri supaya suara yang di keluarkan oleh Carissa tidak mengganggu tidur anak mereka.     

"Ahh … masshhh … akhhuuu … mahuuuu … ahhh."     

"Bersamaaa sayang," potong Bian.     

Kedua nya lalu mencapai puncak kenikmatan itu bersama, nafas kedua nya masih tersengal sengal akibat permainan panjang, yang mereka lakukan sungguh malam ini rasa nya begitu nikmat, Bian seolah mendapat kan hal ini seperti pertama kali nya mereka berdua menyatu.     

Kenikmatan yang tidak mampu Bian lupakan, lagi kedua nya kembali mencari kenikmatan kali ini, Carissa yang ada di atasm wanita itu sudah siap dengan aktivitasnya. Kedua nya kembali melanjutkan kegiatan yang sangat indah ini, kegiatan yang mampu membuat kedua nya terbakar akan api gairah satu dengan lainnya.     

Bian tetap memperhatikan perut Carissa supaya, baik baik saja. Pria itu tetap memberikan kenyamanan kepada istrinya, supaya apa yang mereka lakukan sama sama nikmat dan berkesan indah.     

***     

Senyum di bibir Bian, terbit dengan sempurna pria itu baru saja keluar dari dalam kamar mereka bersama dengan Melody. Kegiatan semalam benar benar membuat Bian seolah lahir kembali. Sensasi nya sangat berbeda, dengan menggendong Melody pria itu menuju tempat sarapan pagi yang sengaja di siapkan khusus.     

"Cerah bener," ucap Jodi usil. Bian hanya menatap sekilas teman nya ikut, lalu menduduk kan Melody di kursinya dan memanggil pelayan untuk menyiapkan makan anak gadisnya itu.     

"Berisik deh."     

"Mainnya gak ketahuan anak kan ya," ucap Alan. Mendengar hal itu membuat Bian mendengus kesal, tapi pria itu kembali memasang wajah masa bodo dengan kelakuan kedua pria di depan nya ini.     

Jodi yang bingung dengan ucapan Alan meminta kejelasan, setelah dijelaskan suara gelak tawa terdengar sangat nyaring. Bian tidak menanggapi ucapan dari mereka, pria itu masih fokus akan makan nya dan juga Melody.     

Di sini lah mereka di sebuah cafe yang gak jauh dari hotel tempat Siska menginap. Sejak semalam kedua nya ngobrol, kehangatan yang pernah ada kembali lagi.     

"Teh Jasmine kesukaan kamu," ujar Elang.     

"Makasih Mas."     

Elang menganggukkan kepalanya, keduanya lalu hanya diam tidak ada ucapan atau sedikit kata pun yang terdengar dari kedua nya hanya suara orang orang di sekitar yang terdengar jelas.     

"Mas."     

"Siska."     

Keduanya saling menatap lalu tertawa bersama melihat kekonyolan di antara mereka, sungguh Siska dan Elang tidak mengerti dengan diri iamereka sendiri.     

"Kamu duluan deh," ucap Elang.     

"Ih gak mau Mas Elang aja duluan," jawab Siska.     

"Kamu aja."     

"Gak mau Mas Elang yang duluan," ucap Siska lagi. Keduanya tidak henti hentinya saling melempar ucapan. Hingga akhirnya Elang mengalah dan mulai membuka suaranya.     

"Maaf."     

Satu kata yang keluar dari mulutnya, mendengar hal itu membuat Siska hanya bisa menghela napasnya.     

"Kalau kamu cuma mau ngomong itu mending gak usah ngomong deh Mas. Semalam kamu udah bilang maaf ratusan kali, sampai aku kesal dengar nya. Kamu juga udah tahu, kan bagaimana jawaban aku," ucap Siska.     

Semalam kedua nya sudah memberikan jawaban mereka masing masing, dan hal itu menurut Siska sudah cukup. Wanita itu tidak ingin berlarut larut lagi dengan masalah yang seharusnya sudah selesai. Diri nya sudah mulai melupakan, meskipun memang sangat susah hal itu terjadi namun, semua sudah berlalu dan hal seperti ini tidak mungkin bisa kembali.     

"Jadi aku mohon untuk kita saling melupakan, memang sulit tapi aku yakin semua akan mudah. Kita bisa jadi teman seperti sebelumnya, jadikan kejadian itu menjadi pelajaran bahwa apapun yang terjadi sudah menjadi takdir kita," ucap Siska, pemikiran wanita itu sudah berubah menjadi dewasa, bukan hanya keadaan yang membuat wanita itu menjadi dewasa tapi juga pelajaran hidupnya yang begitu berat.     

"Kita mulai semuanya dari awal ya. Menjadi pribadi yang lebih baik lagi,"     

Keduanya lalu membicarakan semua hal yang terjadi sebelumnya. Elang juga menanyakan bagaimana kondisi cafe di Malang, Siska kaget ketika mendengar Elang menanyakan hal tersebut.     

***     

Di lain tempat, Carissa sedang bersantai di dalam kamar hotel mereka masih menghabiskan waktu bersama di sini. Bian sedang berada di dalam kamar mandi, bersama dengan Melody. Anak gadis mereka itu ingin sekali berenang namun, karena hujan memuat Bian dan Carissa mencari ide untuk bisa membuat anak mereka bahagia.     

Carissa lalu beranjak dari atas tempat tidurnya berjalan ke arah ke kamar mandi, senyum mengembang dari bibir ibu hamil itu.     

"Udah yok, kakak udah main dari tadi, nanti sakit loh, nak," ucap Carissa. Melody menoleh ke arah sang Bunda lalu menatap kembali ke arah Bian.     

"Ayah bunda ajak main main air lama lama," ujar Melody dengan nada lucunya, mendengar hal itu membuat Bian menatap anaknya. Putri kecil nya itu memang selalu bisa membuat orang lain tertawa.     

"Ish ish padahal Bunda tadi ayah ajak berhenti gak mau loh. Eh sekarang, malah salahin Ayah," aduh Bian. Melody langsung menggelengkan kepalanya, lalu memeluk sang ayah, anak itu selalu saja bisa mengambil hati setiap orang yang ada di sekitarnya.     

Bian, Melody, dan Carissa sedang berada di atas tempat tidur bersama sambil makan cemilan dan juga bercerita bersama.     

"Bunda adek kapan lahir?" tanya Melody. Carissa tersenyum mendengar pertanyaan anak gadisnya itu.     

"Nanti sayang empat bulan lagi, adek bayi nya lahir. Kenapa kakak udah gak sabar pengen ketemu sama adek bayi?" tanya Carissa. Melody menganggukkan kepalanya, melihat hal itu membuat Carissa dan Bian gemas.     

"Kakak nanti adiknya cowok loh," ucap Bian.     

"Cowok?" beo Melody.     

"Emang beneran cowok Mas? Kalau nanti cewek gimana?" tanya Carissa. Karena melihat antusias sang suami yang luar biasa, sedangkan mereka belum tahu kebenarannya apakah nanti anak mereka cewek atau cowok.     

"Pasti cowok feeling seorang Ayah biasanya benar," ucap Bian dengan percaya diri.     

Carissa hanya, menghela nafasnya mendengar jawaban yang diberikan oleh sang suami. Bian mengajak Melody terus berbicara keduanya sangat asyik hingga melupakan keberadaan Carissa di sana.     

###     

Bab kedua meluncur ya guys. Selamat membaca dan terima kasih, sehat terus buat kita semua yaa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.